Perbedaan
Al-Qur’an dengan Kitab-Kitab Suci Sebelumnya
A. Macam-Macam Kitab Allah
Sebagai makhluk Allah SWT yang
beriman, umat Islam di seluruh penjuru dunia wajib percaya kepada kitab-kitab
Allah SWT, sebagaimana yang tersebut dalam rukun iman yang ketiga. Kitab-kitab
Allah tersebut diturunkan kepada beberapa Nabi-Nya, yang menjelaskan tentang
perintah, larangan, serta janji dan amanah-Nya. Kitab-kitab Allah yang wajib
kita percayai ada empat, yaitu:
- Kitab Taurat, Kitab ini diturunkan kepada Nabi Musa as.
Berisi hukum-hukum syari’at dan akidah yang benar serta diridai oleh Allah
SWT.
- Kitab Zabur, Kitab ini diturunkan kepada Nabi Daud as.
Berisi doa-doa, dzikir, nasihat, dan hikmah-hikmah, tidak ada di dalamnya
hukum syariat, karena Nabi Daud diperintahkan oleh Allah untuk mengikuti
syari’at Nabi Musa as.
- Kitab Injil, Kitab ini diturunkan kepada Nabi Isa as.
Berisi seruan kepada manusia agar bertauhid kepada Allah, kitab ini juga
menghapus sebagian hukum-hukum yang terdapat dalam kitab-kitab Taurat yang
sudah tidak sesuai dengan zamannya.
- Kitab Al-Qur’an, Kitab yang terakhir ini diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Berisi syariat yang menghapus sebagian
kitab-kitab yang terdahulu, yang sudah tidak sesuai dengan zamannya, dan
juga melengkapinya dengan hal-hal yang sesuai dengan zamannya.
Al-Qur’an menurut pengertian ilmu
Tauhid ialah kalam atau firman Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad
SAW. Sedangkan menurut pengertian ilmu Ushul Fikih ialah kalam atau firman
Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, dibaca dan dikenal orang
banyak (Kahar Masyur, 1992: 2).
Syeikh Said Abdul Azhim (2006: 20)
menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang dibawa turun oleh Ruhul
Amin (malaikat Jibril) ke dalam hati Rasulullah SAW, agar dia menjadi salah
seorang pemberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas. Ia merupakan kitab
suci, ajarannya sesuai setiap zaman dan tempat, mencerdaskan akal, menyejukkan
hati serta memberi petunjuk kepada yang lebih lurus dalam semua lini kehidupan.
Kitab-kitab tersebut bukanlah buatan
seorang makhluk, maksudnya adalah kitab tersebut bukan karangan Nabi/Rasul,
tetapi benar-benar berasal dari Allah SWT. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Dan
Tuhan Allah menurunkan kitab-kitab beserta mereka (para Nabi) dengan
sebenarnya, supaya kitab itu memberi keputusan antara manusia di dalam hal yang
mereka perselisihkan” (Al-Baqarah: 213).
B. Perbedaan Al-Qur’an Dengan
Kitab-Kitab Sebelumnya
Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT
yang diturunkan terakhir tentu mempunyai banyak perbedaan dengan kitab-kitab
suci sebelumnya (Taurat, Zabur, dan Injil), kedudukannya ini menjadikan
Al-Qur’an sebagai kitab yang paling istimewa diantara yang lainnya. Apabila
kitab-kitab suci sebelumnya hanya ditujukan kepada suatu kaum pada zaman dahulu
untuk menjalankan perintah Allah pada masa tersebut, Al-Qur’an ditujukan untuk
seluruh umat agar dijadikan pedoman sampai akhir zaman.
Contohnya kitab Taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa as adalah suatu petunjuk dari Allah untuk umat Nabi
Musa as pada waktu itu, demikian juga dengan kitab Zabur dan Injil hanya untuk
kaum Nabi Daud as dan Nabi Isa as. Berbeda dengan Al-Qur’an yang diturunkan
bukan hanya untuk kaum Quraisy atau bangsa Arab saja, tetapi kitab ini
diturunkan Allah untuk seluruh umat manusia dari zaman ke zaman, itu artinya
Al-Qur’an lebih bersifat universal.
Allah SWT telah menegaskan bahwa
kitab Al-Qur’an akan selalu terjaga dari segala keburukan, termasuk di dalamnya
adalah keaslian isi Al-Qur’an. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu
adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi
Maha Terpuji” (Fushshilat: 42).
Itu artinya sebagai kitab terakhir
yang menyempurnakan kitab-kitab suci sebelumnya, Al-Qur’an dijamin keasliannya
oleh Allah SWT. Sedangkan kitab-kitab sebelumya tidak ada jaminan dari Allah
atas keasliannya. Pada saat ini, isi kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an telah
mengalami banyak perubahan, hanya Al-Qur’an lah yang tidak akan mengalami
perubahan isi sampai kapan pun.
Al-Qur’an sampai saat ini tetap
berisi wahyu-wahyu Allah, tidak ada di dalamnya perkataan-perkataan manusia.
Sedangkan kitab-kitab sebelumya telah mengalami banyak perubahan dari segi isi.
Contohnya, kitab Taurat telah ditemukan sebagian tanda di dalamnya tidak
menyebutkan surga, neraka, keadaan hari kebangkitan, makhluk akan dikumpulkan,
dan balasan. Padahal hal tersebut termasuk masalah penting yang disebutkan
dalam kitab suci Illahi.
Contoh berikutnya adalah kitab Injil
yang beredar sekarang terdapat empat naskah yang disusun oleh empat orang,
mereka adalah Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Dan sebagian mereka tidak
menjumpai Nabi Isa Al-Masih sama sekali, sebagaimana keterangan dalam kitab
terjemah Jawahir Kalamiyah (hlm. 32). Al-Qur’an telah dibuktikan oleh sejarah
bahwa ia orisinil atau asli hanya berisi wahyu Allah.
Allah Mahabijaksana, tidak akan
pernah melakukan perbuatan sia-sia. Dia Maha Terpuji, semua perbuatan-Nya patut
dipuji. Al-Qur’an yang diturunkan dengan kondisi seperti ini, masa depannya
sudah diperhitungkan oleh-Nya dan akan tetap terjaga untuk selamanya (M. Hadi
Ma’rifat, 2007: 241)
Bagi kitab-kitab sebelumnya, tidak
ada anjuran untuk melestarikan sebuah kitab dengan cara dihafal. Dr.Fahd (1997:
93) menjelaskan bahwa kitab Injil dan Taurat, bagi yang mengimaninya tidak
diperintahkan untuk menghafalnya, hanya cukup dibaca saja, kecuali terhadap
beberapa gelintir orang. Tentu berbeda jauh dengan Al-Qur’an yang dibaca dan
dihafalkan oleh umat manusia dari masa ke masa sampai saat ini. Hal ini
dilakukan umat islam untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an secara mutawatir.
Dan hal tersebut juga berhubungan dengan keaslian isi kitab, semakin banyak
umat yang menghafal semakin terjaga pula keaslihan isi kitab lewat lisan.
Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah
al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu akan datang sebagi pemberi syafaat
bagi yang membacanya nanti di hari kiamat. Bacalah surah Al-Baqarah dan Ali
Imran, bacalah Az-Zahrawain, karena sesungguhnya pada hari kiamat keduanya akan
menjadi dua gumpal awan atau dua rombongan burung yang berbaris-baris dan
menaungi orang-orang yang membacanya” (HR. Muslim).
“Sesungguhnya manusia yang di dalam
hatinya tidak ada sedikit pun Al-Qur’an adalah laksana rumah yang hancur” (HR. Tirmidzi dan Ad-Darimi).
“Barang siapa yang membaca satu
huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan kebaikan itu dengan
sepuluh kelipatan. Aku tidak mengatakan alif lam min satu huruf, tetapi alif
satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf” (HR. Tirmidzi).
Ketiga hadist tersebut cukup untuk
digunakan umat muslim dari masa ke masa sebagai alasan untuk tetap terus
membaca dan berusaha menghafal ayat-ayat Allah SWT di dalam Al-Qur’an.
Perbedaan selanjutnya, jika
kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa yang telah mati
sejak beberapa abad yang lalu, maksudnya adalah tidak ada orang yang
bercakap-cakap dalam bahasa tersebut pada masa kini. Maka berbeda dengan
Al-Qur’an yang bahasanya pada masa kini masih digunakan.
Kitab Taurat diturunkan Allah kepada
Nabi Musa as dengan bahasa Ibrani, kitab Zabur diberikan kepada Nabi Daud as
berbahasa Qibti, kitab Injil diturunkan Allah kepada Nabi Isa as dengan bahasa
Aranik atau Suriani. Sedangkan Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad
SAW berbahasa Arab, dan saat ini masih menjadi standar bahasa Arab modern.
Al-Qur’an merupakan satu-satunya
kitab yang diturunkan Allah sebagai mukjizat untuk Nabi Muhammad SAW, sedangkan
kitab-kitab lain diturunkan tidak sebagai sebuah mukjizat, hanya sebuah
petunjuk untuk suatu umat.
“(Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”
(Al-Baqarah: 185).
Peranan Nabi Muhammad dipersiapkan
bertahap oleh Allah, dimana Jibril berulang kali hadir untuk memperkenalkan
diri kepadanya. Malaikat Jibril pertama kali muncul di depan Nabi Muhammad saat
berada di Gua Hira, Malaikat Jibril meminta Nabi untuk membaca, namun Nabi
mengatakan tidak tahu. Malaikat mengulangi permintaannya sampai tiga kali
dan Nabi hanya menjawab dalam keadaan serba bingung dan ketakutan sebelum
mengetahui kenabian yang tak terduga saat pertama kali mendengar Al-Qur’an
surah Al-Alaq: 1-5,
“Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam”.
Sebagai seorang Arab, tentu Nabi
paham mengenai susunan ekspresi syair dan prosa, akan tetapi tak terlintas sama
sekali dalam pikiran beliau tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang beliau terima.
Sesuatu yang tak pernah terdengar sebelumnya serta susunan kata-kata yang tak
ada bandingannya. Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang pertama Nabi Muhammad
terima.
C. Posisi Al-Qur’an di Antara
Kitab-Kitab Sebelumnya
Sebagai kitab terakhir yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi terakhir (khataman nabiyyin),
Al-Qur’an memiliki beberapa keistimewaan:
- Menjaga kitab-kitab sebelumnya (al-Muhaimin).
“Dan Kami turunkan kepadamu kitab
dengan kebenaran, membenarkan apa yang ada sebelumnya di antara kitab-kitab
suci, dan sebagai penjaga terhadap itu”
(QS. Al-Maidah: 48).
- Menjadi hakim terhadap apa yang diperselisihkan oleh
manusia.
Al-Qur’an, selain membenarkan
kandungan kitab-kitab suci terdahulu, juga menyalahkan beberapa doktrin yang
terdapat di dalamnya. Karena kitab-kitab yang asal mulanya dari Allah, telah
mengalami perubahan makna dan posisi oleh pemuka-pemuka Bani Israil. Jadi,
kebenaran yang termuat telah bercampur dengan kesalahan akibat perubahan
yang dilakukan manusia.
- Menghapus syariat kitab-kitab sebelumnya.
“Kami menurunkan Al-Kitab
(Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu” (QS. An-Nahl: 89).
“Dan, bila Kami (Tuhan) mengubah
suatu ayat (pekabaran) sebagai pengganti ayat (pekabaran) yang lain, dan Allah
Yang Maha Mengetahui akan apa yang Ia turunkan, mereka berkata, “Engkau itu
hanya membuat-buat saja. Bahkan, kebanyakan mereka tiada mengetahui” (QS. An-Nahl: 101).
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini
menunjukkan kepada jalan yang lebih lurus”
(QS. Al-Isra’: 9).
“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan
atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya pasti kami datangkan yang lebih baik
daripada itu atau yang sama dengan itu”
(QS. Al-Baqarah: 106).
Al-Qur’an telah me-nasakh hukum
kitab-kitab suci sebelumnya. Syariat yang dibawa oleh kitab sebelumnya hanya
bersifat terbatas regional (lokalitas sempit) dan untuk bangsa tertentu. Sedangkan
Al-Qur’an yang disampaikan Nabi Muhammad SAW berlaku universal dan tidak
terbatas ruang. Jadi, syariat Nabi-Nabi sebelumnya dihapus oleh Al-Qur’an yang
semuanya telah terserap di dalamnya.
D. Tujuan Turunnya Al-Qur’an
M. Quraisy Shihab (Drs. H. Ahmad
Izzan, 2009: 53) menyebutkan beberapa tujuan diturunkannya Al-Qur’an sebagai
berikut,
- Membersihkan dan menyucikan jiwa dari segala
bentuk syirik serta memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna
bagi Tuhan semesta alam.
- Mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni
bahwa umat manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam
pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
- Menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan hanya antar
suku atau bangsa, melainkan kesatuan alam semesta, kehidupan dunia dan
akhirat, natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman, kebenaran, yang
semuanya berada di bawah satu keesaan, yaitu keesaan Allah.
- Mengajak berfikir dan bekerja sama dalam bidang
kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah mufakat yang
dipimpim oleh hikmah kebijaksanaan.
- Membasmi kemiskinan material dan spriritual, kebodohan,
penyakit dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia dalam
bidang sosial, ekonomi, politik, dan agama.
- Memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan
kasih sayang dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok
kehidupan masyarakat.
- Memberikan jalan tengah yang menyeru kepada kebaikan
dan mencegah kemungkaran.
- Memberikan peranan ilmu dan teknologi guna menciptakan
peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan panduan cahaya
Ilahi.
SUMBER :
https://www.academia.edu/8057529/Perbedaan_Al-Quran_dengan_Kitab